Kamis, 11 Agustus 2016

Apa Arti Kemenangan Itu?


Hari ini, 2016 Masehi/1437 Hijriyah -empat belas abad pasca kemenangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad-, umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebagai ritual tahunan. Sebuah momen satu bulan yang selalu ditunggu setiap tahunnya. Ritual yang seharusnya merupakan penebusan dosa memohon ampunan dalam bentuk keberserahan diri kepada Yang Maha Kuasa. Bukan justru dikomersilkan untuk melipatgandakan omzet penjualan produk religi
apapun bentuknya, dengan memanfaatkan kehebohan bulan puasa sebagai tradisi tahunan. Bukan justru dijadikan sebagai pembenaran oleh sebagian kelompok arogan berkepentingan untuk melakukan penindasan dan diskriminasi terhadap mereka yang lemah dan tidak sepaham atau dianggap "merugikan".

Puncak dari puasa Ramadhan adalah sebuah hari yang disebut dengan hari kemenangan. Namun sebenarnya, apa itu hari kemenangan? Dulu, tatkala bumi masih berada di zaman jahilliyah dimana orang-orang tidak mengenal Tuhan, Allah mengutus seorang Rasul untuk membacakan ayat-ayat Nya dan mensucikan mereka. Saat itulah Islam hadir dibawa oleh Muhammad sebagai pengemban Risalah Nya. Melalui Muhammad, Allah menurunkan ruh suci, wahyu/firman Nya untuk membimbing umat manusia kepada jalan kebenaran sejati, shirottol mustaqim.

Nabi Muhammad dan para sahabat lah yang saat itu mendapat legitimasi dari Tuhan, sebagai sebuah amanah yang begitu mulia dan begitu berat, untuk memberangus segala bentuk ke-syirik-an yang dimurkai Allah dan menegakkan Islam sebagai satu-satunya sistem hidup dan kehidupan yang di-ridhai Allah. Diawali dari dakwah kepada istri, keluarga, kerabat, hingga secara terang-terangan menyiarkan Islam yang tentu saja ditentang oleh penguasa-penguasa musyrik saat itu. Hingga akhirnya, turunlah perintah Hijrah. Tidak lama setelah itu, tercetuslah perang Badar tatkala 300 pejuang muslim, dengan tangan Allah, menghajar 1000 tentara kafir Quraisy yang terlatih dengan peralatan tempur yang jauh lebih memadai. Orang-orang kafir dipaksa pulang dengan raut wajah tertunduk malu yang teramat, bahkan hingga mengalahkan rasa sedih mereka bahwa telah kehilangan harta dan nyawa kerabatnya yang mati.

Setelah peristiwa itu, peperangan demi peperangan dilalui oleh Muhammad dan para sahabat, hingga akhirnya Islam diakui oleh pihak kafir Quraisy ditandai dengan adanya perjanjian Hudaibiyah. Jumlah kaum Muslimin yang dimulai dari hanya puluhan, ratusan, hingga terbanyak 1.400 jiwa tatkala perjanjian Hudaibiyah, dalam dua tahun kesesudahannya itu jumlahnya berlipatganda menjadi puluhan ribu jiwa. Nabi dan para sahabat telah melewati semuanya itu dengan pengorbanan darah dan keringat, harta, bahkan nyawa orang-orang terdekat yang begitu dikasihi.

Saat itu Islam telah menjadi sebuah kekuatan baru yang sangat ditakuti oleh bangsa-bangsa di sepanjang jazirah Arab. Tatkala Nabi menunaikan haji perpisahan dengan puluhan ribu mu'min yang ikut besertanya, turunlah firman Tuhan:
"Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Pada ketika itu, Abu Bakar menangis karena ia dapat merasakan bahwa perjuangan Muhammad telah selesai dan sudah dekat saatnya ia akan kembali ke hadapan Yang Maha Kuasa. Setelah itu, kekuasaan Islam semakin berkembang dengan cepat hingga pada satu setengah abad kemudian, kekuasaannya telah membentang luas dari Andalusia hingga ke Tiongkok. Saat itu negara-negara Islam berada dalam masa kegemilangannya dengan berkat yang berkelimpahan, tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat dan uang zakat digunakan untuk membebaskan para budak.

Itulah arti sebuah kemenangan. Tatkala Islam sebagai satu-satunya sistem hidup yang di-ridhai oleh Allah, dapat ditegakkan di muka bumi dan menjadi rahmatan lil alamin. Tidak ada penindasan, tidak ada manusia yang mengatur manusia lainnya, tidak ada makhluk Tuhan yang terzalimi, semua kebutuhan dasar manusia terpenuhi. Bumi sebagai wujud kerajaan Nya yang dapat memberikan berkah kepada setiap makhluk yang menghuninya. Itulah kemenangan.

Tanah Yang Baru, 14 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak...

 
;