“Yank, kamu hapal sumpah pemuda gak?” “apal
donk” “apah coba?” “sumpah, aku sayang banget sama kamu.
sumpah, aku gak bakal ninggalin kamu. sumpah, sampai kapanpun aku bakal
nungguin kamu, aku gak mau nama kamu yang sudah lama terukir di hatiku menghilang.
sumpah, kamu tempat terakhir hatiku berlabuh. sumpah, aku hanya ingin hidup
sama kamu. Sumpah, aku….” “SUMPEEEEEHHH LOOOOOO???”
Itulah sekilas percakapan antara Maman dan Surti
diatas ninja 250cc milik Maman yang udah digeber sejak keluar dari parkiran
Pondok Indah Mall (PIM). Mereka sedang menuju ke rumah Surti di daerah pejaten
sehabis malam mingguan di XXI PIM, nonton film The Conjuring. Itu loh, pilem
dedemit yang lagi ngetrend se-antero Negeri Astina.
Yap, mungkin fenomena anak muda seperti Maman dan Surti tadi
sudah tidak asing lagi kita temukan di kota-kota besar se-Endonesah. Banyak
pemuda yang lupa dengan jatidirinya, lupa bahwa mereka adalah generasi penerus
bangsa yang seharusnya lebih peka terhadap kondisi bangsa, tidak lagi hanya sebatas
memikirkan kesenangan diri sendiri. Pergaulan bebas, kehidupan materialistis,
narkoba, tawuran, hingga kontaminasi budaya asing yang sudah mencapai tahap
kritis di kalangan pemuda Indonesia, sudah seharusnya menjadi tamparan keras
bagi para pemimpin bangsa untuk lebih memperhatikan generasi penerus yang kelak
akan